Lilik menjelaskan, ada 4 faktor yang memengaruhi rendahnya capaian vaksinasi di Jember. Pertama, stok vaksin yang masih tersendat. Pihaknya masih bergantung pada alokasi vaksin yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Sementara, pemerintah pusat menargetkan daerah yang ingin mempertahankan status PPKM level 2, harus mampu melakukan capaian vaksinasi sedikitnya 50 persen. Sehingga, untuk memenuhi stok vaksin, pihaknya berupaya bekerjasama dengan pihak eksternal, seperti TNI dan Polri, serta elemen lain.

 

Lilik melanjutkan, faktor kedua adalah banyaknya masyarakat yang belum memahami pentingnya vaksin. Pihaknya pun akan melakukan pemetaan untuk mengetahui wilayah dengan cakupan vaksinasi yang belum maksimal. 2 faktor terakhir yaitu tenaga vaksinator yang terbatas dan pelaporan yang terkadang tidak bisa terekam secara real time. Ini diakibatkan adanya kendala dalam aplikasi P-Care yang digunakan untuk pelaporan ke pusat.

 

Untuk melakukan percepatan menurut Lilik, pihaknya terus menambah vaksinator, baik dari tenaga kesehatan dan relawan. Pelayanan vaksinasi pun dilakukan dengan mendatangi warga yang sulit mengakses fasilitas kesehatan. Pihaknya memprioritaskan lansia, karena dinilai sebagai pihak yang rentan. Selain itu, juga menjadi indikator dalam menentukan status level PPKM. Melihat fakta yang ada, target 50 persen itu cukup tinggi. Tetapi pihaknya optimistis bisa memenuhi capaian itu.(rex)