DUMASK, SOLUSI BUANG MASKER AMAN DAN TAK CEMARI LINGKUNGAN

DUMASK, SOLUSI BUANG MASKER AMAN DAN TAK CEMARI LINGKUNGAN

DUMASK, SOLUSI BUANG MASKER AMAN DAN TAK CEMARI LINGKUNGAN

Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir 2 tahun terakhir di Indonesia, menuntut masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan ketat. Salah satu cara memutus penyebaran virus corona adalah dengan menggunakan masker. Sayangnya, penggunaan masker sekali pakai secara masif dan berkelanjutan, berdampak serius terhadap lingkungan. Berdasarkan data dari lembaga Ocean Concervacy, sejak pandemi, manusia menghasilkan 129 miliar sampah masker dalam sebulan. Yang mana sebagian besarnya tidak dibuang dengan benar dan berakhir di laut.

Fenomena itu pun menggerakkan Chandra Wahyu Purnomo, Dosen Universitas Gajah Mada (UGM) untuk membuat penelitian kolaboratif dan mencari solusinya. Ia menggandeng rekan seprofesinya di Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menggagas Dropbox Used Mask (Dumask). Program ini juga didukung PTNBH Unair dan para peneliti dari UAD, Politeknik ATK, UJB dan UP45. Serta didanai oleh Program Penelitian Kolaborasi Indonesia (PPKI) 2021 – 2023.

Dumask menjadi salah satu bukti hadirnya Perguruan Tinggi di tengah pandemi Covid-19. Menurut salah satu Tim Dumask, Ilham Zulfa Pradipta saat dikonfirmasi K Radio pada Selasa (24/8/2021), Dumask adalah kotak pembuangan khusus limbah masker dan sarung tangan plastik sekali pakai. Limbah masker yang terkumpul di Dumask tidak didaur ulang, karena dikhawatirkan adanya virus. Sebagai tindak pencegahan, pihaknya memilih langkah pemusnahan menggunakan teknologi termal yang aman.

Ilham melanjutkan, pihaknya menyediakan Dumask di beberapa titik lokasi yang bisa diakses masyarakat untuk membuang masker dan sarung tangan sekali pakai. Pemasangan awal Dumask dimulai sejak 5 April 2021 dan saat ini sudah ada total 18 stasiun Dumask yang tersebar di Yogyakarta dan Surakarta. Meskipun baru berjalan kurang lebih 4 bulan, pihaknya telah mendapatkan permintaan Dumask di berbagai wilayah, terbanyak di Jakarta dan Bandung. Namun, ia menekankan, Dumask adalah sebuah sistem, mulai dari pengumpulan hingga pemusnahan limbah masker. Maka pihaknya perlu menggandeng Kementerian atau Dinas terkait untuk menyediakan sistem Dumask di luar wilayah kerjanya.

Meski demikian, masyarakat di luar Yogyakarta atau Surakarta yang ingin membuang limbah masker di Dumask, bisa melalui perantara jasa ekspedisi. Kriterianya, sampah masker bukan dari limbah rumah sakit ataupun bekas isoman. Sampah masker tidak perlu dicuci maupun di disinfektan untuk memudahkan masyarakat dan tidak tercampur dengan sampah lain. Dumask menerima kiriman limbah masker dari seluruh Indonesia melalui paket yang dialamatkan ke Rumah Inovasi Daur Ulang (RINDU) Kantor Pusat Inovasi Agro Teknologi UGM. Hal ini dilakukan sebagai komitmen pihaknya melindungi lingkungan agar limbah masker tidak membebani Tempat Pembuangan Akhir (TPA).(dna)

Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.

Adonis Music R&B