Pihak pesilat Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti Jember menegaskan, kasus dugaan penganiayaan terhadap anggotanya harus diselesaikan hingga ke persidangan. Tersangka yang telah diamankan pihak kepolisian saat ini merupakan pesilat dari perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Jember.

Salah satu pesilat Kera Sakti yang menjadi korban penganiayaan, Dani, Kamis (12/8/2021) mengaku bahwa penganiayaan terhadap dirinya bukan terjadi kali ini saja. Beberapa waktu sebelumnya, Dani juga dianiaya oleh pesilat PSHT. Namun saat itu, ia menerima tawaran mediasi dan memaafkan, sehingga kasus tersebut tidak sampai diproses polisi.

Dani mengaku kecewa, karena kejadian penganiayaan kembali terulang. Sehingga ia menegaskan, kasus ini harus diusut tuntas oleh polisi agar ada efek jera.

Sebelumnya, Polsek Ambulu telah mengamankan 3 pesilat PSHT karena diduga mengeroyok anggota perguruan silat IKSPI Kera Sakti Tempurejo di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu. Dari 3 tersangka yang diamankan, 1 di antaranya masih berusia 16 tahun. Merujuk pada UU Peradilan Anak, polisi menangguhkan penahanan seorang tersangka karena masih di bawah umur.

Tersangka yang berinisial M-N-H itupun kemudian mendatangi rumah korban. Ditemani keluarganya, pesilat PSHT itu berupaya meminta maaf dan meminta agar kasus tersebut diselesaikan dengan perdamaian. Namun, permintaan itu ditolak oleh korban.

Menurut Ketua IKSPI Kera Sakti Ranting Tempurejo, Wasito Hadi Susanto, selain polisi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember juga seharusnya bertindak tegas. Sebab, sebelumnya sudah ada deklarasi perdamaian dari seluruh perguruan silat di Jember yang diinisiasi oleh Bupati Hendy Siswanto. Dalam deklarasi itu, juga memuat sanksi bagi perguruan silat yang anggotanya bertindak anarkis. (adp)