Uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Kabupaten Jember telah digelar sejak Senin (23/8/2021). Namun faktanya, ada beberapa kendala yang terjadi dalam penerapan PTM ini. Salah satunya, penolakan pihak sekolah bagi siswa atau berasal dari keluarga penyintas Covid-19. Hal itu diungkapkan perwakilan Persatuan Orang Tua Peduli Pendidikan Anak (Popena) Jember, David Susilo.

David mengaku, wali murid dari beberapa sekolah mengeluhkan penolakan tersebut. Beberapa sekolah bahkan mengharuskan para siswa tersebut menunggu selama 3 bulan untuk bisa mengikuti PTM. Padahal, keinginan siswa dan orang tua dalam PTM sangat kuat. Setiap siswa juga memiliki hak yang sama dalam mendapatkan fasilitas pendidikan.

Menurut David, sebagai makhluk sosial, pada dasarnya para siswa sudah menantikan pemberlakuan PTM setelah sekian lama menjalani sekolah daring. Ia menyebut, penolakan bagi penyintas dalam mengikuti PTM adalah hal yang diskriminatif jika tidak dibarengi dengan solusi yang tepat. Terlebih dalam aturan pemerintah pusat, tidak ada larangan ataupun batasan bagi siswa penyintas untuk mengikuti PTM.

David melanjutkan, jika pihak sekolah masih ragu untuk melibatkan siswa penyintas, maka harus ada koordinasi dengan Satgas Covid-19 setempat dalam pengambilan keputusan. Bila perlu sekolah membentuk satuan/unit yang sudah dibekali dengan wawasan penanganan Covid-19.

Selain itu, David juga berharap pihak sekolah punya strategi khusus dalam pelaksanaan PTM. Mengingat, pembelajaran daring yang telah berlangsung hampir 2 tahun, membuat siswa dimudahkan mengakses jawaban dari tugas-tugas yang diberikan dengan berselancar di laman pencarian. Kebiasaan itu tentu tidak bisa dibawa dalam PTM dan dikhawatirkan membuat siswa menjadi tertekan karena mengalami kesulitan belajar. Maka perlu adanya transisi yang baik dari kebiasaan belajar secara daring ke tatap muka.(rex)