Volume sampah selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jember menurun hingga 20 ton per harinya. Klaim itu disampaikan Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jember, Eko Heru Sunarso kepada K Radio, Jumat (10/9/2021).

Heru menjelaskan, sebelum PPKM, jumlah sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jember setiap harinya mencapai 180 ton. Namun sejak PPKM darurat hingga PPKM Level 4 diberlakukan, volumenya menurun dengan angka rata-rata di bawah 160 ton per hari.

Menurut Heru, penurunan volume sampah itu dikarenakan hotel, restoran, kafe dan pusat kuliner yang tutup di masa PPKM. Dibandingkan sampah rumah tangga, sampah dari sektor industri pariwisata menyumbang beban TPA yang paling besar.

Sementara itu, Heru mengatakan, untuk sampah yang dihasilkan rumah tangga relatif tetap dan rata-rata adalah sampah organik. Namun, ada juga jenis sampah anorganik dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), salah satunya adalah popok. Pihaknya mengaku masih belum punya kemampuan dalam melakukan pemilahan sampah secara maksimal. Hal itu dikarenakan belum adanya regulasi atau Peraturan Daerah (Perda) terkait pengolahan sampah.

Tanpa adanya Perda sampah, pengolahannya di Jember tidak bisa dilakukan secara maksimal. Selain itu tidak ada kejelasan atas reward and punishment bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Heru mencontohkan, saat ini tanpa adanya Perda sampah, masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai.

Heru menambahkan, sejauh ini Perda sampah di Jember sedang dalam proses finalisasi dan pengajuannya sudah disetujui oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pihaknya menargetkan Perda tersebut selesai dan bisa disahkan tahun ini. Dengan adanya Perda sampah, hal itu juga menjadi edukasi bagi masyarkat. Yakni bisa menjadi media sosialisasi pemilihan dan pemilahan sampah yang diharapkan bisa dilakukan dari level rumah tangga.(rex)