Kabupaten Jember dikenal memilki potensi perkebunan yang beragam. Hampir semua tanaman perkebunan tumbuh subur di Jember. Salah satunya komoditas kopi yang produksinya cukup besar dan potensial. Hal itu diungkapkan peniliti sekaligus Penanggung Jawab Pembinaan Petani Kopi dan Kakao dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Djoko Soemarno kepada K Radio, Rabu (27/10/2021).

Dalam acara bimbingan teknis (Bimtek) Penyuluh dan Petani komoditas Kopi, Djoko mengatakan bahwa potensi kopi, khususnya robusta di Jember besar. Hal itu didukung oleh sumber daya alamnya. Lahan perkebunan kopi di Jember yang luas disebut-sebut sebagai salah satu yang terbesar di Pulau Jawa.

Namun Djoko menilai, peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember belum serius. Hal itu terbukti dari program-program pemerintahan yang ada saat ini, belum sepenuhnya berdampak besar bagi para petani. Petani relatif berjalan sendiri, baik dalam kegiatan budidaya kebun maupun dalam pemasaran.

Djoko mengatakan, jika Pemkab ingin serius mengembangkan komoditas kopi, penanganannya harus dilakukan secara utuh. Mulai dari budidaya yang mencakup peningkatan mutu dan proses pengolahannya, hingga rancangan tata kelola pemasaran yang baik. Perlu juga adanya dukungan secara kelembagaan yang kuat terkait pembinaan, baik pemerintah maupun instansi terkait serta petani.

Sementara untuk proses pemasaran, Djoko melanjutkan, sistem tata niaganya masih panjang. Biji kopi dari petani dijual ke pengepul, berlanjut ke tengkulak dan pedagang besar, baru sampai kepada pihak supplier. Dari pedagang besar ataupun supplier itulah kopi dijual ke eksportir. Proses tata niaga yang panjang itu membuat adanya selisih harga, namun nilai tambah bagi petani lebih sedikit.(rex)