Box Layout

HTML Layout
Backgroud Images
Backgroud Pattern
  • K Radio Jember 102,9 FM
blog-img-10

ANGKA AKI, AKB DAN STUNTING TINGGI, PEGIAT SOSIAL JEMBER SEBUT PERLU ADANYA KEBIJAKAN PRO PEOPLE

Permasalahan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) serta stunting di Jember perlu perhatian yang menyeluruh. Karena ini merupakan masalah yang kompleks dan melibatkan semua pihak. Pandangan tersebut disampaikan salah seorang pegiat sosial di Jember, Cici Farha, Kamis (4/3/2021).

Diketahui sebelumnya, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dalam acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) yang digelar Selasa (2/3/2021), mengingatkan Bupati dan Wakil Bupati Jember, Hendy Siswanto dan Muhammad Balya Firjaun Barlaman, untuk mengatasi persoalan tersebut. Mengingat, angka AKI, AKB serta stunting di Jember menduduki posisi yang tinggi di Jawa Timur.

Berdasarkan data yang dipaparkan mantan Menteri Sosial RI itu, ada 61 kasus kematian ibu saat melahirkan dan 324 kasus kematian bayi di Jember pada tahun 2020. Keduanya adalah angka tertinggi di Jawa Timur. Selain itu, angka stunting dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur, Jember berada di posisi ketiga yang paling tinggi.

Cici menjelaskan, masalah AKI dan AKB bukan semata soal bayi dan balita ataupun ibu saat hamil saja. Namun, hal itu mencakup masalah jangka panjang. Berdasarkan fakta di lapangan yang pihaknya dapatkan, kekerasan terhadap ibu masih sering terjadi. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang terjadi tidak sebatas pada kekerasan fisik, tetapi juga verbal. Tanpa disadari, hal tersebut sudah menjadi kekerasan yang kultural. Akibat KDRT, terutama terhadap ibu, dapat berpengaruh kepada mentalnya.

Pendiri komunitas Tanoker ini melanjutkan, pertumbuhan ibu secara menyeluruh berpengaruh pada anaknya kelak. Jika ingin menurunkan angka AKI dan AKB, maka semua pihak harus melihat dan menata ulang, terlebih bersama-sama mengawal kebijakan yang pro people dan tidak memandang gender. Tentunya dengan mengedapankan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM).

Cici menambahkan, untuk mengatasinya, bisa dimulai dari rumah tangga yang baik. Tidak hanya secara ekonomi, namun juga dalam hal psikis atau mental. Pemerintah dan masyarakat juga harus bersama-sama untuk mewujudkan hal itu. Agar orang-orang tidak terjebak dan bisa keluar dari lingkaran kekerasan kultural.(rex)

Live Stream