Box Layout

HTML Layout
Backgroud Images
Backgroud Pattern
  • K Radio Jember 102,9 FM
blog-img-10

Posted by : Editor K Radio

PENGAMAT MENILAI BAJU IMPOR BEKAS ANCAM INDUSTRI GARMEN LOKAL

Dalam beberapa tahun terakhir, tren “thrifting” marak di kalangan masyarakat tanah air, khususnya anak muda. Berbagai alasan mulai dari nilai ekonomis hingga tren fesyen yang unik menjadi alasan banyak orang menggandrungi baju bekas impor.

Jual-beli pakaian bekas impor masih marak di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Jember. Namun, tanpa disadari tren thrifting memberikan tantangan bagi industri garmen dalam negeri. Hal itu disampaikan Ekonom Universitas Jember (UNEJ), Ciplis Gema Qoriah, Selasa (14/3/23).

Ciplis menjelaskan, baju bekas impor yang masuk ke pasar menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan bisnis garmen Indonesia, yang saat ini tengah menggencarkan pemakaian produk dalam negeri. Ia mengamati adanya pergeseran selera fesyen di kalangan muda. Kalangan muda menginginkan produk fesyen dengan budget minim namun kualitasnya bagus. Tak ayal, baju bekas dengan jenama internasional dan baju impor dengan gaya busana kekinian menjadi pilihan mereka.

Di lihat dari sisi pendapatan, Ciplis mengungkapkan masih banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang pendapatannya tidak sebanding dengan harga garmen lokal berkualitas yang dinilai masih mahal. Sehingga, baju impor bekas dengan kualitas jenama internasional menjadi pilihan mereka.

Ketika masyarakat lebih menggandrungi baju bekas impor, tidak menutup kemungkinan industri garmen tanah air akan terkena dampaknya. Misalnya, potensi pengangguran meningkat akibat industri garmen di Indonesia tidak mampu menyerap tenaga kerja. Selain itu, dampak lain yaitu transfer penyakit lewat tekstil impor yang terkontaminasi jamur dan bakteri.

Meskipun pemerintah telah melarang importasi baju bekas, Ciplis menegaskan, jika tidak diiringi dengan tindakan tegas, seperti edukasi dan sosialisasi langsung di masyarakat, maka tidak akan berdampak besar. Terlebih ketika banyak masyarakat yang kini bergantung pada industri baju bekas impor. Menurutnya, pemerintah dan industri garmen lokal perlu merespon cepat dan melakukan tidakan secara bertahap agar tidak tergerus dengan adanya tren thrifting.(rex)

Live Stream