Pemerintah berencana mengenakan cukai terhadap minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) pada 2024 mendatang. Hal itu berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menilai pajak minuman berpemanis, tembakau, dan alkohol telah terbukti sebagai cara yang hemat biaya untuk mencegah penyakit, cedera, dan kematian dini.

Produk minuman yang kena cukai, dalam hal ini utamanya pemanis buatan, banyak dikaitkan dengan risiko kesehatan. Ahli Gizi NJIC Jember, Aning Dravisha Faiqhotul Hikmah, memaparkan sejumlah bahaya dari konsumsi minuman berpemanis terlalu sering.

Ia mengatakan di Indonesia sendiri, anjuran konsumsi gula harian terdapat dalam Permenkes Nomor 30 Tahun 2013. Anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10 persen dari total energi (200kkal). Jika dirata-rata, konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari.

Menurutnya, banyak ditemukan produk dengan pemanis yang kadar gulanya tinggi di pasaran. Tak sedikit masyarakat yang mengonsumsi produk-produk tersebut karena mudah didapat dan harganya terjangkau. Menurutnya, jarang disadari bahwa konsumsi gula mereka telah melebihi batas yang dianjurkan.

Ia menilai hal itu sangat berbahaya. Terlebih dalam jangka panjang. Konsumsi pemanis, baik alami maupun buatan dapat menyebabkan beragam penyakit, antara lain diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan penyakit kronis lain seperti kanker.

Melihat bahaya minuman manis, Vizha menyebut sudah sewajarnya bila kita perlu membatasi konsumsinya mulai dari sekarang. Tidak hanya dengan mengurangi konsumsi gula atau pemanis lainnya, mengubah pola hidup menjadi lebih sehat juga harus dilakukan agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit. Antara lain dengan menjaga pola makan serta olahraga yang cukup.(rex)