Wabah LSD (Lumpy Skin Disease) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae penyakit tersebut menyerang ruminensia terutama sapi dan kerbau, dengan gejala timbul benjolan-benjolan pada kulit. Jika tidak ditangani dengan baik, akan mengakibatkan kematian pada hewan ternak.

Rifki Nugroho, Kepala Puskesmas Hewan Bangsalsari, pada K Radio (01/06/23) mengatakan, secara umum tingkat penularan dan penyebaran virus LSD sekitar 45 persen dan tingkat kematian sebesar 10 persen antar hewan.

Secara umum virus LSD ini menyerang kerbau dan sapi, tapi tidak menutup kemungkinan menyerang hewan ruminensia lainnya seperti kambing dan domba.

Rifki menjelaskan, penularan penyakit ini melalui serangga atau lalat, dan nyamuk. Penularan juga bisa melalui kontak langsung terhadap hewan yang terinfeksi, dan melalui indra uterin. Artinya, induk sapi yang terkena LSD bisa menularkan kepada anak sapi melalui air susu atau kulit yang terluka.

Sebagai upaya pencegahan, Rifki menyarankan agar para mantri hewan lebih memperhatikan kebersihan dan sterilisasi jarum suntik hewan. Jangan sampai jarum suntik digunakan secara berulang. Tidak hanya itu, kebersihan kandang, termasuk tempat makan juga harus dijaga.

Menurutnya, ada beberapa cara untuk mengantisipasi penularan LSD kepada hewan ternak. Salah satunya dengan memberikan vaksin kepada hewan.

Masyarakat tidak perlu khawatir karena sejauh ini LSD tidak menular kepada manusia. Sedangkan untuk daging hewan yang terkena LSD, Rifki menjelaskan, masih dapat dikonsumsi asalkan tetap memperhatikan kebersihan dan cara pengolahannya.

Hingga saat ini masih belum ditemukan ada kasus LSD di Jember, namun masyarakat diimbau berhati-hati dan tetap waspada, dengan selalu menjaga kebersihan dan kesehatan hewan ternak.(raf)