Fenomena flexing akhir-akihir ini menjadi buah perbincangan dan menjadi hal yang dengan mudah dijumpai baik di dunia maya maupun dunia nyata. Flexing dilakukan pelakunya dengan tujuan menunjukkan status sosialnya untuk memperluas pergaulan agar eksistensinya diakui. Namun flexing bisa menjadi hal yang berdampak negatif jika dilakukan secara berlebihan.
Mieke Prasetyo, Psikolog dari Biro Psikologi Mandaya Psikologika, kepada K Radio Selasa (21/3/23) mengatakan, perilaku flexing selama tidak berlebihan tidak akan bermasalah. Flexing tidak hanya memamerkan namun juga sebagai pencapaian suatu usaha. Jika dapat dikemas dengan baik tindakan ini bisa menginspirasi orang lain. Namun jika berlebihan dan tidak sesuai dengan esensinya, maka flexing bisa menjadi hal yang tidak baik dan hanya memiliki kecenderungan pamer semata.
Ia mengatakan, pelaku flexing dapat disembuhkan dengan mengelola ekspetasi, kemudian mengontrol diri dengan membelanjakan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga bisa dengan mengelola pola pikir, dengan selalu berfikir dahulu sebelum melakukan sesuatu. Selanjutnya menaikkan empati dengan memposisikan diri sebagai penonton, dan terakhir melakukan aktifitas positif.(raf)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.