Sampah organik masuk dalam kategori sampah yang mudah sekali terurai. Selain itu juga bisa digunakan untuk apa saja, seperti kompos, pupuk, pakan ternak, biogas, dan lainnya. Hal ini disampaikan Akademisi Universitas Jember, Tri Ratnasari S.Si, M.Si dalam dialog publik, dengan tema “Ada Rupiah Di Balik Tumpukan Sampah”  di Pendopo Wahyawibawagraha Kabupaten Jember, Kamis (9/2/23). 

Ia menyampaikan, sudah banyak teknik pengelolaan sampah organik. Mulai dari yang sangat sederhana hingga level canggih, namun nyatanya jumlah sampah masih saja melimpah.

Menurutnya, sumber sampah organik paling banyak berasal dari rumah tangga. Hal ini disebabkan karena Indonesia masih menduduki peringkat ke-2 dunia yang membuang sisa makanannya.  Selain itu hampir semua rumah juga tidak mempunyai fasilitas untuk pemilahan sampah. Sehingga susah untuk melakukan pengelolaan sampah organik  karena tidak langsung dipilah sejak dari rumah.

Oleh karena itu, Ratna mengatakan untuk pengelolaan sampah yang baik, cara yang tepat adalah mengubah mindset. Tidak lagi menggunakan slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya" tetapi "Membuang Sampah Sesuai Jenisnya". Hal ini  untuk pengelolaan sampah agar lebih mudah.

Selain itu, upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah adalah dengan 3R (Reuse, Reduce, Recycle). Dengan sistem 3R ini bisa mengurangi jumlah sampah di TPA, sehingga harapannya lingkungan akan terjaga kelestariannya.(put)