Penggundulan hutan dan curah hujan yang tinggi menjadi penyebab banjir di Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember pada awal 2021. Fakta ini diungkapkan oleh Akademisi dari Universitas Jember (Unej), Luh Putu Suciati.
Menurut Suciati, tercatat seluas 2.700 hektar hutan tutupan di wilayah Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) dalam kondisi kritis. Sehingga hal tersebut yang menyebabkan banjir di Jember belakangan ini. Selain itu, banjir yang melanda Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo beberapa waktu lalu diperparah dengan kondisi pendangkalan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mayang.
Dosen Fakultas Pertanian Unej ini melanjutkan, secara topografi, Desa Wonoasri dan wilayah sekitarnya yang berada di Kecamatan Tempurejo lokasinya seperti mangkok. Sehingga ketika hutan tidak bisa lagi menahan laju air, maka akan mengalir dan berkumpul di wilayah tersebut.
Selain di Tempurejo, Suciati menyampaikan bahwa kondisi hutan yang gundul juga menjadi penyebab meluapnya DAS Bedadung seminggu yang lalu. Banyak tanaman keras di hulu DAS Bedadung yang seharusnya bisa menjadi penahan laju air hujan, tegantikan dengan tanaman yang bernilai ekonomis, seperti kopi dan tanaman pangan lainnya.
Maka, Suciati menegaskan, untuk mengatasi banjir di Jember, perlu dilakukan upaya reboisasi di kawasan hutan tutupan. Mengingat hutan merupakan penyangga laju air saat curah hujan tinggi. Selanjutnya, perlu dilakukan perbaikan terhadap drainase sungai yang mengalami pengendapan, agar dapat menampung debit air secara maksimal. Jika tidak, maka potensi luapan air di DAS bisa kembali terjadi.(don)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.