Semua orang pasti memiliki pakaian lama yang tidak terpakai karena dinilai tidak layak pakai. Lalu lemari tidak cukup lagi diisi pakaian sehingga harus ada yang dikeluarkan untuk dibuang.
Padahal, bahan pakaian yang mayoritas terbuat dari serat sintetis baru bisa terurai di tanah selama 20 hingga 200 tahun. Selain itu, limbah pakaian yang dibuang sembarangan akan berdampak buruk bagi lingkungan, seperti pencemaran tanah dan udara yang dapat memicu berbagai permasalahan kesehatan manusia.
Menanggapi hal tersebut, Dina Putu Ayu Kristiyanti, Pengurus Edukasi Bank Sampah Induk (BSI) Jember, Sabtu (6/5/23) menjelaskan, semua orang sebenarnya bisa membuat pakaian bekas menjadi menarik dan bermanfaat secara mandiri. Sehingga tidak perlu membuangnya karena hal itu bisa menyebabkan sampah meningkat di TPA. Dengan demikian masyarakat juga bisa membantu menjaga bumi.
Hal yang dapat dilakukan pertama, merubah mindset individu. Artinya, harus bisa memahami manfaat saat membeli pakaian untuk apa? Kalau untuk sekedar memenuhi tren, maka harus tau cara bertanggungjawab terhadap pakaian yang nantinya sudah tidak mau dipakai lagi.
Kedua, jika tujuan membeli baju untuk kebutuhan yang mengharuskan dirinya berganti pakaian terus menerus, seperti sebagai seorang publik figur, maka sebagai solusinya bisa disumbangkan kepada komunitas atau lembaga melalui lembaga penyalur.
Ketiga, kalau memang memiliki pakaian yang tidak layak pakai seperti sudah robek, melar, warna memudar, dll, solusinya bisa disalurkan ke pihak - pihak yang bersedia mendaur ulang pakaian tersebut. Misalnya dijadikan keset, totebag, dan lap dapur.
Keempat, jika masyarakat memiliki pakaian dalam bekas bisa diolah sendiri menjadi potongan perca dan dijadikan sebagai pengisi bantal untuk duduk dikursi, teras, dan tempat lainnya.(put)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.