Sejumlah lembaga dan pakar memproyeksi perekonomian global akan masuk jurang resesi pada tahun depan. Dampak dari kenaikan suku bunga yang signifikan dalam waktu singkat disertai lonjakan inflasi, akan memukul berbagai sektor ekonomi pada 2023.
Meski demikian, Ekonom Universitas Jember, Ciplis Gema Qoriah, kepada K Radio, meminta masyarakat tidak perlu khawatir menghadapi ancaman resesi. Hal tersebut adalah normal dan pernah terjadi di Indonesia pada 2020 karena pandemi Covid-19. Bukan hanya sekali, Indonesia juga pernah mengalami resesi pada 1997 – 1998 karena pelemahan nilai tukar terhadap mata uang dolar dan krisis keuangan.
Ciplis mengatakan, masyarakat bisa ikut andil dalam penekanan tingkat resesi agar tidak terlalu parah. Ada beberapa cara, seperti masyarakat harus mengatur pengeluaran dan pendapatan. Apabila semua harga pokok naik, maka masyarakat harus bisa mengelola kondisi ekonomi dengan membatasi anggaran yang dimiliki. Sehingga di tengah ekonomi yang tidak pasti atau sedikit memburuk, masyarakat tetap berkonsumsi dengan efisien. Selain itu, investasi dan menabung menjadi hal yang penting di tengah ketidakpastian ekpekstasi global.
Dalam menanggulangi ketidakpastian ke depan, Ciplis menambahkan, masyarakat harus cerdas memilih jenis pekerjaan. Hal itu bertujuan jika ada gejolak ekonomi, tidak otomatis menambah jumlah pengangguran. Maka perlu menspesialisasikan apa yang menjadi bidang ke depan dan tidak mudah terpengaruh ekonomi yang fluktuatif.(ibl)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.