Dari 8 kota/kabupaten yang menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, pada Desember 2022 lalu Jember mengalami Inflasi month to month (mtm) sebesar 0,57 persen dengan IHK sebesar 115,65 persen. Angka ini menjadikan Jember sebagai kabupaten/kota dengan inflasi terendah di Jawa Timur. Namun untuk inflasi Year of Year (YoY) Jember mencapai 7,39 persen dengan IHK sebesar 115,65 persen menjadi yang tertinggi di Jawa Timur.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jember, Yukon Afrinaldo, Sabtu (28/1/23) menyampaikan, Administered Prices (inflasi barang dan jasa yang harganya diatur pemerintah) adalah penyumbang inflasi tertinggi yakni lebih dari 3 persen.

Aldo menyontohkan, pemerintah memutuskan adanya kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini menyumbang inflasi lebih dari 1,2 persen. Selain itu juga kenaikan tarif PDAM yang menyumbang sekitar 2,4 persen inflasi. Sehingga angka inflasi YoY Jember yang sebelumnya di kisaran 4 persen langsung naik hingga 7,39 persen.

Sementara dari sisi supply, Aldo menjelaskan tidak  ada pengaruh signifikan dari volatile food (inflasi komponen bergejolak). Untuk stok beras yang ada di Gudang Bulog cukup dan tidak ada kelangkaan barang di pasar.

Aldo optimis di tahun 2023 perekonomian Indonesia tidak akan mengalami resesi. Menurutnya pertumbuhan ekonomi hanya akan melambat. Di tahun 2023 ini BI memiliki proyeksi pertumbuhan ekonomi antara 4,3 sampai 5,5 persen.

Aldo berharap, inflasi kembali ke angka awal yaitu 3±1 atau antara 2 sampai 4 persen. Sehingga dengan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen masih akan ada selisih. Selisih ini jika terjadi, akan membuka ratusan ribu lapangan pekerjaan baru. Dan jika penyebab globalnya bisa berhenti, seperti konflik Rusia-Ukraina maka  pertumbuhan ekonomi global yang tadinya turun bisa kembali bangkit.

BI berharap konflik Rusia-Ukraina segera usai, karena Ukraina menjadi negara pemasok sebagian besar tepung dunia. Kalau  konflik kedua negara itu cepat selesai, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan membaik.(thn)