JALAN TERJAL TAK JADI PENGHALANG HASTI UTAMI KENALKAN KEINDAHAN KABUPATEN PANDHALUNGAN

JALAN TERJAL TAK JADI PENGHALANG HASTI UTAMI KENALKAN KEINDAHAN KABUPATEN PANDHALUNGAN

JALAN TERJAL TAK JADI PENGHALANG HASTI UTAMI KENALKAN KEINDAHAN KABUPATEN PANDHALUNGAN

Pagi menyingsing sang fajar yang terbit dari timur. Sinarnya perlahan mulai menerangi permukaan bumi pandhalungan. Di sisi Selatan, laut lepas dikelilingi pegunungan menjulang ke langit serta hamparan hijau persawahan menjadi gambaran sempurna Jember dengan segala kekayaan alamnya. Keindahan panorama ini sebenarnya tidak kalah dengan daerah lain. Tapi Jember saat ini sepertinya belum mampu mengeluarkan taringnya dalam banyak hal, khususnya pariwisata alam.

Potensi besar dengan pengelolaan yang minimal, membuat Hasti Utami, warga Kecamatan Kaliwates prihatin terhadap kondisi kota tercintanya. Iapun berpikir cara-cara kreatif untuk mengembangkan Jember dengan bermodal sajian keindahan Jember dan optimisme untuk memperkenalkan tanah kelahirannya. Hingga kemudian di tahun 2017, ia memantapkan niat untuk berjuang agar wisata Jember mampu bersaing dan punya daya tarik tersendiri.

Membuktikan bahwa Jember layak diperhitungkan dalam segi wisatanya bukan hal yang mudah. Namun, itu tak membuat Hasti surut dan menyerah. Ia justru semangat mencari ide untuk menjadikan Jember sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi wisatawan.

Hasti sejak dulu memang punya hobi keliling beberapa daerah di nusantara, seperti Bali dan Flores. Dari perjalanan panjangnya itulah, ia tergerak membangun pariwisata di Jember. Selain itu, yang membuatnya makin yakin untuk mengembangkan pariwisata Jember atas dasar keprihatinannya terhadap kondisi angkutan umum seperti bus hingga becak yang mangkrak karena gempuran modernisasi digital dalam hal moda transportasi.

Langkah yang diambil ibu 2 anak ini cukup cerdas untuk mengkolaborasi keduanya dalam satu program. Ia membangun sebuah brand yakni Tamasya Bus Kota (TBK). Melalui TBK, ia mengajak wisatawan berkeliling melihat keindahan Jember menggunakan bus yang telah lama tak beroperasi, sebagai modal transportasi utamanya.

Sayangnya, langkah terjal terus menghadang niat baik Hasti untuk memperkenalkan Jember ke kancah nusantara. Tak ada wisatawan yang melirik dan menganggap menarik programnya. Tapi ia terus berusaha memperkenalkan TBK melalui media sosial, memberitahu koleganya agar mau berkeliling melihat keindahan Jember.

Tak ada usaha yang sia-sia. Begitu juga dengan upaya Hasti yang tak pantang menyerah. Akhirnya, TBK akhirnya mulai dikenal dan mendapat pasarnya sendiri. Trip pertamanya saat itu mengajak wisatawan melihat keindahan alam laut Selatan Jember, Payangan. Setelah mendapatkan respon yang cukup baik, dirinya memberanikan diri membuka trip baru ke Sumberjambe dan Ledokombo.

Rintangan mulai kembali mencegat Hasti. Di saat dirinya butuh dukungan dari Pemerintah Daerah untuk mengangkat nama Jember, tak ada goodwill. Penawarannya tentang konsep Sosial Tourism kepada Pemerintah Daerah, tak mendapat respon baik seperti yang diharapkan. Pemerintah Daerah saat itu hanya mau mengembangkan wisata yang sudah ada, tanpa mau mengembangkan wisata lainnya.

Tak mau ambil pusing, Hasti bertekad tetap berjalan di kaki sendiri membangun pariwisata Jember, meski tanpa campur tangan Pemerintah Daerah. Karena ia yakin, dengan usaha dan doa, semua bisa tercapai. Dirinya mulai mengajak para pemuda desa dan pemilik usaha untuk ikut membangun desanya dengan usaha sendiri. Karena setiap desa di Jember memiliki keindahan tersendiri yang tak bisa dilihat diperkotaan dengan suasana yang bising kendaraan bermotor.

4 tahun berselang, hambatan demi hambatan mulai menjauh dari jejak perjuangannya. Para pemuda desa sangat terbuka akan ide brilian Hasti untuk mengembangkan desa dengan kekayaan alam yang unik. Pemuda desa itu juga banyak menuangkan ide pengembangan desa dan mendapatkan sokongan dari asosiasi kendaraan tradisional yang ikut bergabung.

Hasti tak hanya menularkan semangat optimisme, tapi juga memberikan rasa percaya dan ide kreatif untuk terus berjuang membangun desa agar lebih maju. Karena dengan begitu, masyarakat sekitar mampu mandiri dalam segi ekonomi. Beri aku 10 pemuda dan akan ku guncang dunia, mungkin sajak yang tepat untuknya. Perjalanannya yang hampir setengah dekade, menghasilkan lebih dari 10 mitra destinasi wisata. Mulai dari Tamasya Lin Kuning, Pondok Durian, Jember Heritage Walking Tour dan lain sebagainya.

Sejarah dan keindahan menjadi senjata ampuh Hasti dalam menumbuhkan ekonomi desa, menambah penghasilan bagi buruh tani, pemuda desa hingga sopir. Merekapun tak perlu lagi kebingungan mencari ladang penghasilan agar dapur terus mengepul. Bahkan mampu menyekolahkan anak bermodal optimisme yang menyala dengan membangun wisata.(nga)

Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.

Adonis Music R&B