Puluhan petani dari Kecamatan Jombang dan Ledokombo mendatangi kantor DPRD Kabupaten Jember, Rabu (20/12/23). Mereka mengadu ke dewan terkait permasalahan pupuk bersubsidi yang dinilai tidak tepat sasaran.

Petani asal desa Sumber Bulus Kecamatan Ledokombo, Saturi mengaku dirinya sering tidak mendapatkan pupuk subsidi. Meski namanya sudah masuk dalam kelompok tani dan tercatat dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

Lokasi kios yang cukup jauh lebih dari 10 kilometer menjadi salah satu alasan. Kadang ketika ada informasi pupuk sudah datang, dirinya tiba di kios untuk membeli jatah pupuk subsidi ternyata sudah habis atau barangnya tidak ada.

Kalaupun mendapat bagian, harganya berkisar Rp300.000 per kuintal. Dimana harga eceran tertinggi yang ditetapkan seharusnya hanya Rp225.000 per kuintal.

Akhirnya, karena pupuk merupakan kebutuhan pokok petani, ia membeli melalui pihak ketiga di luar kios yang menjual pupuk subsidi dengan harga diatas HET pemerintah, antara Rp350.000- Rp400.000 per kuintal.

Menurutnya, kondisi tersebut telah berlangsung selama bertahun-tahun dan selama ini ia hanya berkeluh-kesah antar sesama petani saja.

Permasalahan serupa juga dialami Mulyono petani dari Desa Sumbersalak, Ledokombo. Di desanya hanya ada satu kios pupuk yang menaungi delapan kelompok tani. Padahal secara ideal harusnya satu kios untuk 2-3 kelompok tani.

Harga pupuk di kios menjadi Rp300.000 per kuintal, alasannya ada biaya tambahan untuk pengangkutan pupuk. Itupun tidak mencukupi kebutuhannya.

Mulyono terpaksa harus mencukupi kebutuhan dengan membeli pupuk nonsubsidi dengan harga jauh lebih mahal, yakni Rp630.000 per kuintal.

Ia pernah mengetahui adanya pupuk subsidi yang dijual ke luar Desa. Ia sempat melapor kepada perangkat desa hingga Polsek. Namun dirinya malah diancam balik oleh pemilik kios. Hal itu membuatnya merasa takut karena hanya petani biasa.(thn)