Memasuki hari lebaran ke-7 bagi tradisi Jawa identik dengan lebaran ketupat atau kupatan. Hal itu sebagai tanda berakhirnya Hari Raya Idul Fitri. Akan tetapi nampak tidak banyak penjual ketupat di pasar tradisional kota Jember atau Pasar Tanjung.
Dari pantauan K-Radio, ada salah satu penjual ketupat di lantai satu Pasar Tanjung. Wahyu penjual ketupat asal Sukorambi nampak memajang dagangannya yang jumlahnya juga tidak terlalu banyak.
Ia menyebutkan, ketupat dagangannya dijual dengan harga Rp 10 ribu untuk sepuluh ketupat. Ketupat yang ia jual biasa disebut ketupat katak atau dalam bahasa jawa disebut ketupat kodok. Lelaki yang nampak sudah keriput itu menjajakan ketupat disandingkan dengan lontong daun pisang.
Wahyu bukan sebagai si pembuat ketupat. Ia hanya bagian menjual atau pengoper dari pembuat ketupat. Ia memberikan selisih harga Rp 250 per ketupat, jadi ia mengambil dengan harga Rp 750 per ketupat. Ketupat yang ia jual belum berisi beras. Masih sebatas anyaman janur atau daun kelapa muda.
Pembuat ketupat, Atim sambil menganyam janur mengatakan, jaman sekarang tidak banyak orang yang bisa membuat ketupat. Meski tidak sulit, namun dibutuhkan kesabaran dalam menganyamnya.
Istri Atim, sambil menjajakan pakaian dalam, mengaku tidak bisa membuat ketupat meski sering diajari. Mungkin karena kurang telaten dan sabar. Sebagai orang yang sudah cukup berumur, Atim khawatir jika tradisi ketupat ini akan hilang di perkotaan. Karena sudah banyak orang yang tidak mau belajar membuat ketupat.
Padahal, menurutnya jika benar-benar ingin belajar, paling tidak dalam sepuluh menit saja seorang pemula dengan diajari dapat membuatnya. Memang harus sabar, agar tidak melakukan kesalahan sehingga harus mengulanginya dari awal. Ia berharap tradisi kupatan tidak hilang seiring berjalannya waktu.(thn)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.