Sebelum dilantik sebagai Bupati Jember, Hendy Siswanto telah mewacanakan uji coba sekolah tatap muka. Menilik wacana tersebut, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jember mengapresiasi langkah yang akan diambil Bupati Jember terpilih itu.

Ketua PGRI Jember, Supriyono, saat dihubungi melalui telepon, Senin (22/2/2021) pagi menjelaskan, selama berlangsungnya sekolah daring setahun terakhir, pihaknya mendapatkan keluhan dari beberapa guru  mulai tingkat SD – SMA. Para siswa dan siswi cenderung lebih bebas mengikuti tren yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama dari segi penampilan. Ditemukan sebagian peserta didik mengecat rambutnya. Selain itu, mereka juga tampil dengan style yang biasanya dilarang saat sekolah tatap muka.

Supriyono melanjutkan, pendidikan bukan hanya soal mencerdaskan siswa, tapi ada fungsi lain, yakni pendidikan karakter. Pada aspek pendidikan karakter inilah, sekolah daring dinilai lemah. Sehingga dengan adanya wacana sekolah tatap muka, pihaknya pun mendukung kebijakan tersebut.

Namun, Supriyono menekankan, sekolah tatap muka nantinya harus tetap mengikuti protokol kesehatan, termasuk sarana dan prasarana penunjang protokol kesehatan. Selain itu, jam tatap muka diharapkan berlangsung lebih singkat, tidak selama persekolahan sebelum pandemi Covid-19. Di masa pandemi, sekolah tatap muka bisa diterapkan cukup 2 jam dan sistem masuknya bergantian, dibagi berdasarkan jenjang kelas.

Supriyono menambahkan, dalam penerapan sekolah tatap muka nantinya, pihak sekolah perlu meminta persetujuan dari wali murid. Karena keputusan akhir untuk memberikan izin siswa masuk sekolah tatap muka adalah wali murid. Pun ketika wali murid khawatir dan tidak menghendaki anaknya sekolah tatap muka, maka pihak sekolah harus mengakomodir keputusan tersebut. Intinya keselamatan siswa tetap menjadi pertimbangan.(don)