Kemiripan budaya berlatar belakang etnis Madura antara Sumenep dan Ledokombo melatarbelakangi acara lesson learned kepeloporan kepemimpinan perempuan. Hal tersebut disampaikan Ketua Komunitas Tanoker Ledokombo, Farha Ciciek kepada K Radio, Minggu (26/12/2021).

Acara yang berlangsung hingga Senin (27/12/202) di Tanoker Ledokombo Kabupaten Jember itu bertujuan saling tukar pengetahuan dan pengalaman dari kepemimpinan perempuan. Menurut Xiciek, hal itu dirasa penting  untuk melihat berbagai tantangan dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan berperspektif gender. Ada persoalan yang sama terutama terkait isu perempuan. Mulai dari pernikahan dini, pendidikan para perempuan, hingga kedudukannya sebagai pemimpin.

Ciciek melanjutkan, terkait kepeloporan kepemimpinan, di tahun ini banyak perempuan yang mampu menjadi sosok pemimpin dengan kecerdasan dan keahlian yang dimiliki. Namun, tidak jarang dalam praktiknya masih sering terhalang dengan penilaian yang berkembang dari kebudayaan patriarki.

Sehingga, melalui program itu, Ciciek berharap bisa menjadi komitmen kedua wilayah untuk saling mendukung sekaligus meningkatkan kualitas kepeloporan  kepemimpinan perempuan  dalam merespons tuntutan perubahan. Terutama adanya kemitrasejajaran perempuan dan laki-laki dalam upaya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat.

Ciciek menambahkan, terkait permasalahan pernikahan dini, Ledokombo adalah satu Kecamatan yang kasusnya cukup tinggi di Jember. Pihaknya hingga sekarang terus melakukan berbagai upaya untuk menurunkan angka pernikahan dini tersebut. Salah satunya, dengan membuat berbagai kegiatan untuk meningkatkan partisipasi anak muda melalui pendekatan budaya dan kearifan lokal.(dew)