DPRD mempertanyakan dampak perekonomian yang dirasakan masyarakat Jember terhadap pelaksanaan event Sahati Fest selama sebulan penuh di Alun-Alun Kota Jember. Pasalnya, lewat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama tiga OPD, yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Disperindag, dan Dinas Koperasi dan UMKM Jember, terungkap perputaran uang dalam event tersebut mencapai 12 miliar namun pelibatan OPD minim.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Komisi B DPRD Jember, David Handoko Seto, usai RDP Senin (8/5/23). Dirinya menilai bahwa perputaran uang sebesar Rp 12 miliar dalam event tersebut tidak sepenuhnya dinikmati oleh warga Jember. Sebab banyak pedagang maupun pengelola sarana hiburan yang berasal dari luar Jember.
David mengungkapkan terjadi jual beli stand UMKM yang berada di dalam alun-alun. Ia juga menyoroti bahwa dalam RDP tersebut terungkap fakta bahwa OPD tidak dilibatkan secara penuh. Sehingga, OPD tidak dapat berkomentar banyak terkait gelaran akbar selama bulan Ramadan itu.
Menurutnya, Disperindag hanya sebatas diminta menyediakan beberapa tenda saja. Selain itu Disparbud juga tidak dilibatkan dalam mendukung kegiatan, seperti pelibatan Gus dan Ning Jember serta segi keseniannya. Diskopum juga hanya mendapat jatah 20 stan bagi UMKM binaannya dari Jember.
Lebih lanjut legislator dari Nasdem itu mengatakan, event Sahati Fest juga meninggalkan banyak kerusakan fasilitas umum yang ada di alun-alun. Seperti rumput, sprinkler atau alat penyiram rumput otomatis, serta menimbulkan bau tak sedap dari sisa pengolahan masakan. DPRD juga menyoroti penggunaan alun-alun yang terkesan seenaknya sendiri. Hal itu dikhawatirkan dapat memicu rasa kecemburuan bagi pihak lain untuk menggelar event besar di alun-alun.(thn)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.