SECERCAH HARAPAN DARI MANTAN PEKERJA MIGRAN

SECERCAH HARAPAN DARI MANTAN PEKERJA MIGRAN

SECERCAH HARAPAN DARI MANTAN PEKERJA MIGRAN

Jumiatun, mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember merasa prihatin tiap kali melihat banyak rekan seperjuangannya yang bermasalah. Dari sanalah ia terpanggil untuk memberikan pendampingan dan penanganan kasus yang menimpa para pahlawan devisa tersebut.

Jumiatun bercerita bahwa persoalan yang banyak menimpa PMI terkait persyaratan yang tidak lengkap hingga pemalsuan identitas. Itu terjadi karena ketidaktahuan mereka tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi saat hendak  bekerja ke luar negeri. Saat muncul persoalan, mereka tidak bisa mendapat perlindungan, termasuk pemenuhan hak-haknya secara layak. Bahkan tak jarang, PMI juga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang atau human trafficking.

Jumiatun tidak ingin permasalahan itu terus berlarut dan makin banyak memakan korban. Iapun akhirnya memutuskan untuk mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) pada 2016 lalu. Selain berbagi pengalamannya sebagai PMI selama 6 tahun, ada beragam kegiatan dalam program Desbumi Desa Dukuh Dempok ini. Mulai dari sosialisasi tentang migrasi aman, pemberdayaan ekonomi purna migran, hingga pendampingan PMI dan keluarga yang ditinggalkan.

Kiprah wanita 53 tahun terhadap upaya perlindungan PMI di desanya, mendapat atensi dari Pemerintah Pusat. Ia diundang khusus oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada  6 Maret 2019. Tak berhenti disitu, Jumiatun juga masuk dalam daftar 16 perempuan akar rumput berpengaruh pada peringatan Hari Perempuan Sedunia di tahun yang sama.

Desbumi Dukuh Dempok bahkan turut andil mengambil langkah di masa pandemi Covid-19. Fakta di lapangan, banyak petugas medis dan relawan di garda terdepan membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD). Namun keberadaan APD  langka dan harganyapun mahal. Jumiatun bersama 12 orang purna migran Desa Dukuh Dempok pun berinisiatif membuat APD berupa masker dan juga baju hazmat.

Untuk bahan baku APD, Jumiatun mengaku mendapat sumbangan dari salah satu Lembaga  Swadaya Masyarakat (LSM).  Selama masa produksi, pihaknya juga tidak mengalami kendala berarti, karena sebelumnya sudah mendapat pelatihan menjahit dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Republik Indonesia. Mesin jahit yang mereka pergunakan untuk memproduksi APD juga sumbangan dari Kemnaker.

APD yang mereka produksi disumbangkan secara cuma-cuma kepada yang membutuhkan. Total telah ada 600 baju hazmat yang berhasil diproduksi dan ddidistribusikan ke beberapa Puskesmas, BPBD dan kantor-kantor Kecamatan hingga Desa dan Kelurahan di Kabupaten Jember. Ia juga menyumbangkan baju hazmat ke Palang Merah Indonesia Jember untuk membantu petugas pengantar jenazah yang  kehabisan baju hazmat. Ia melakukannya sebagai bentuk kontribusi membantu pemerintah dalam penanganan wabah covid-19.

Wanita yang berhasil menamatkan pendidikan Sarjana dengan uang hasil berkerja sebagai PMI ini menyampaikan, untuk bisa membantu orang lain, tidak perlu menunggu kaya. Jika tidak mampu membantu orang lain dengan materi, bisa dengan tenaga dan pikiran. Iapun mengaku akan terus membantu orang lain selama tenaga dan pikirannya masih dibutuhkan.

Project Officer Migrant Care Jember, Bambang Teguh Karyanto  menyampaikan, Jumiatun adalah sosok yang punya semangat tinggi. Terbukti sepulang dari Hongkong sebagai PMI, Jumiatun mampu menyelesaikan pendidikan S1-nya.  Dedikasinya terhadap persoalan PMI juga luar biasa. Sejak bergabung bersama migrant care di tahun 2016, secara aktif Jumiatun memberikan advokasi dan informasi  yang benar kepada warga yang ingin bekerja di luar negeri.

Bahkan, berkat dedikasi Jumiatun saat ini banyak warga yang lebih senang bekerja di desanya dan tidak lagi menjadi pekerja migran. Menurut Bambang, Jumiatun bisa membuktikan  bahwa ada banyak pekerjaan  menghasilkan yang bisa dilakukan di negeri sendiri. Bekerja sebagai pekerja migran ke luar negeri bukanlah satu-satunya solusi untuk mengatasi persoalan ekonomi. Jika terpaksa harus menjadi pekerja migran harus dilakukan dengan cara yang aman.(nik)

Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.

Adonis Music R&B