Perkembangan zaman yang semakin modern mulai mengaburkan identitas bangsa. Semakin banyak perubahan yang terjadi, seperti datangnya budaya-budaya baru dan berubahnya cara pandang masyarakat terhadap suatu budaya. Terlebih lagi kemungkinan menurunnya rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia di kalangan remaja, karena merekalah yang paling dekat dengan modernisasi. Kekhawatiran itu yang membuat Calon Guru Penggerak untuk angkatan 3 Jatim, Taufiqurrahman, menginisiasi sekolah budaya di SMPN 2 Jember, tempatnya mengajar.

Melalui sekolah budaya, Taufiq punya beberapa program andalan yang diharapkan bisa menambah semangat siswa dalam mengenal budaya Jember. Seperti penambahan rompi batik Jember pada seragam murid dan atribut budaya berupa ublang untuk siswa laki-laki. Selain itu, ada juga kantin ramah budaya yang menjual kuliner tradisional. Bahkan dalam transaksi jual belinya, dibiasakan menggunakan bahasa daerah.

Tak berhenti disitu, program selanjutnya menurut Taufiq adalah Hari Bahasa Daerah. Setiap Kamis, warga sekolah diwajibkan menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar di dalam maupun luar kelas. Serta banyak program lain yang dirancang, yakni pagelaran seni dan budaya dalam pembelajaran. Hingga partisipasi dalam kegiatan di luar sekolah seperti perlombaan.

Taufiq tak menampik ada beberapa kendala dalam penerapan sekolah budaya ini. Mulai dari sulitnya mengidentifikasi budaya khas Jember, karena di sekolah tidak ada ahli budaya. Hingga faktor ketidakpercayaan diri untuk menerapkan program-program sekolah budaya. Namun, hal itu merupakan tantangan terbesar yang harus diatasi, sehingga sekolah budaya bisa berjalan lancar.(ibl)