Tragedi Kanjuruhan di Malang yang terjadi beberapa hari lalu, meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak hingga sekarang. Maka pemerintah perlu memberikan penanganan serius, agar masyarakat yang mengalami trauma tersebut tidak berlangsung berkepanjangan.
Founder Psikologi Ruang Maya, Ratna Nur Windasari, kepada K Radio, menjelaskan kejadian kerusuhan yang terjadi di Kanjuruhan dapat menjadi stressor bagi seseorang yang terlibat maupun melihat hal tersebut, tidak terkecuali keluarga korban. Kejadian itu bisa memicu trauma seseorang. Maka, pemerintah tidak hanya harus fokus pemulihan kesehatan korban selamat saja, melainkan perlu melakukan trauma healing bagi keluarga korban yang berduka.
Ratna menyebut, ketika seseorang melewati masa duka, lamanya akan berbeda-beda. Sehingga perlu ada bantuan psikologis yang diberikan. Pemerintah harus menyediakan layanan khusus, semacam hotline, baik bagi keluarga korban dan survivor dari kejadian tersebut.
Sementara itu, pengamat sepak bola, Jaya Hartono, menilai terjadinya kerusuhan dalam tragedi Kanjuruhan itu tidak terlepas dari fanatisme yang berlebihan. Akibatnya, terjadi tindakan-tindakan di luar rasionalitas yang menyebabkan kericuhan. Selain itu, adanya pelanggaran-pelanggaran, baik prosedural maupun SOP, regulasi, serta pengamanan stadion juga menjadi pemicu.
Jaya menambahkan, kekerasan di dalam sepak bola harus dihindari. Karena sepak bola ditonton semua kalangan, laki-laki dan perempuan, dewasa hingga anak-anak. Sehingga perlu adanya evaluasi dari pusat untuk penyelenggara sepak bola. Tiap supporter juga perlu menjunjung tinggi sportivitas dan menghormati lawan. Serta wajib menanamkan mental siap kalah atau menang dalam tiap pertandingan.(rex)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.