Selama masa pandemi Covid-19, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Jember mendapatkan cukup banyak pengajuan layanan premium. Rata-rata pengajuan tersebut berasal dari rumah sakit dan instansi pendidikan yang sebelumnya telah menjadi pelanggan reguler.
Manajer Bagian Pemasaran dan Pelayanan PLN UP3 Jember, Djeniet Prasetiono, Rabu (25/2/2021) menjelaskan, mayoritas pengguna listrik PLN di Jember merupakan pelanggan reguler. Pelanggan reguler ini hanya mendapatkan pasokan listrik dari satu penyulang (saluran). Sehingga ketika terjadi gangguan, otomatis listrik akan padam.
“Sementara untuk layanan premium, stabilitas suplai listrik bisa diandalkan atau tanpa padam. PLN menyediakan pasokan listrik dengan dua penyulang sekaligus. Secara teknis, ketika saluran listrik yang satu mengalami gangguan, maka saluran yang kedua akan bekerja secara otomatis memasok kebutuhan listrik konsumen. Proses transisinyapun hanya 0,03 detik, sehingga tidak sampai membuat alat-alat elektronik padam”, jelas Djeniet.
Dalam situasi pandemi Covid-19, banyak pelanggan PLN yang membutuhkan pelayanan khusus. Terlebih rumah sakit yang menjadi rujukan pasien positif virus corona. “Untuk mengoperasikan alat-alat medis dalam perawatan pasien Covid-19, dibutuhkan pasokan listrik yang stabil tanpa padam. Karena beberapa alat medis tersebut sensitif dan rawan mengalami kerusakan saat pasokan aliran listrik tiba-tiba terhenti”, kata Djeniet.
Proses migrasi dari layanan reguler ke layanan premium di masa pandemi menurut Djeniet, juga diajukan oleh instansi pendidikan yang melakukan pembelajaran daring. Kebutuhan itulah yang membuat pelanggan listrik premium di wilayah kerja PLN UP3 Jember meningkat selama setahun terakhir.
Padahal, layanan premium sudah ada sejak tahun 2010. Namun, di awal peluncurannya, belum ada pelanggan yang tertarik. Bahkan saat pihak PLN melakukan penawaran, beberapa pelanggan yang belum tahu keandalan listrik dalam pelayan khusus ini justru menganggap sinis. “Tapi kami tidak surut, tetap kami tawarkan terus terkait peralatan, proteksi dan keandalannya. Namanya produk baru, kadang kala belum langsung diterima masyarakat, semua butuh proses. Proses inilah yang harus kami telateni”, ungkap Djeniet.
Selang 7 tahun pasca peluncurannya, akhirnya salah satu SMK di Jember sepakat untuk menjadi pilot project layanan premium. Namun Djeniet mengaku, jumlah pelanggan yang tertarik melakukan proses migrasi ke layanan premium masih minim. Sehingga, pihak PLN terus melakukan negosiasi kepada pelanggan-pelanggan lain. Kemudian pada 2020 lalu, pihaknya menetapkan target 20 penambahan pelanggan listrik premium. Tak disangka, jumlahnya melebihi target, yakni sebanyak 28 pelanggan. Peralihan pelanggan listrik reguler ke premium memang mayoritas dilakukan oleh rumah sakit, seperti RSD dr. Soebandi Jember, RS Paru Jember dan RS Kaliwates Jember. Selain itu, ada juga instansi pendidikan, seperti Universitas Jember. Bahkan di awal tahun 2021, telah ada 3 pelanggan yang mengajukan layanan premium. Diproyeksikan, angka ini akan terus meningkat.
“Terkait proses migrasi dari layanan reguler menuju premium, tidak ada biaya yang dibebankan kepada pelanggan. Pihak PLN yang akan menanggung biaya investasi peralatan hingga penambahan jaringan baru untuk layanan premium. Selain itu, selisih tagihannya tidak besar. Misalnya, pelanggan reguler yang beralih ke layanan premium silver, hanya selisih Rp 55/kWh. Tentu angka tersebut tidak seberapa jika dibanding dengan keandalan suplai listrik yang didapatkan”, tutup Djeniet.(don)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.