GELIAT ECOPRINT DI TENGAH PANDEMI COVID-19

GELIAT ECOPRINT DI TENGAH PANDEMI COVID-19

GELIAT ECOPRINT DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Pandemi Covid-19 telah melanda hampir setahun dan tak tahu kapan akan berakhir. Kehidupan berubah begitu cepat, memaksa masyarakat terus melakukan penyesuaian diri. Pandemi seakan menjadi kambing hitam dari perusahaan yang harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), membuat makin banyaknya perut-perut lapar di seluruh penjuru negeri. Semuanya luluh lantah, sendi-sendi kehidupan menjadi saksi betapa ganasnya pandemi ini.
 
Covid-19 terus menghantam berbagai sektor, mulai kesehatan, pertanian, pendidikan hingga ekonomi. Banyak usaha yang mati suri, hingga karyawan harus pulang tanpa membawa uang untuk biaya hidup esok hari. Gambaran ini yang juga terjadi di Jember, sebagian orang turut merasakan dampaknya.

Berbagai upaya terus dilakukan. Hingga akhirnya, kreatifitas dan inovasilah yang bisa menjadi kunci untuk tetap bisa berdiri di tengah terjangan arus pandemi. Kunci ini juga diterapkan oleh Usaha Mikro Kecil Menangah (UMKM) Citra Anugrah yang bergerak di bidang kerajinan ecoprint. Sri Agustin, pemilik Citra Anugrah bercerita, awalnya usahanya bergerak di bidang makanan dan minuman. Namun karena kondisi pandemi, dirinya harus memutar otak lebih keras agar bisa bertahan dari himpitan ekonomi.

Bermula dari mengikuti pelatihan, Agustin akhirnya memutuskan banting setir mengembangkan ecoprint. Sebuah usaha kerajinan mencetak bentuk dan warna alami dari tumbuhan yang ada di sekitarnya. Proses pembuatan ecoprint menurut Agustin tidak terlalu sulit, hanya perlu ketelatenan dan sentuhan seni agar menghasilkan produk yang bagus. Untuk membuat satu kerajinan ecoprint, butuh waktu sekitar 3 hari, agar warna alami yang sedang diproses tidak gampang pudar. Uniknya, hasil kerajinan ecoprint antara satu dengan yang lain tidak akan sama. Karena proses pembuatannya secara manual.

Nyatanya, ecoprint sangat diminati di pasaran karena bahan pewarnanya berasal dari alam dan dinilai sangat ramah lingkungan. Harapan untuk mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari kian terbuka. Ia bersyukur, masih bisa bertahan sampai sekarang dengan memanfaatkan penjualan melalui media sosial, pameran serta membuka gerai. Penjualan puluhan karya perhari seharga masing-masing antara 300 - 500 ribu rupiah, merupakan omset yang sangat menjanjikan, terlebih di saat pandemi. (nga)

Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.

Adonis Music R&B