Indonesia mampu untuk swasembada gula. Hal ini ditegaskan Pengamat Pertanian Universitas Jember Soetriono.
Kepada K Radio, Selasa (5/11/2024) ia mengatakan, swasembada gula dapat terwujud apabila pemerintah dengan serius memperhatikan kondisi pabrik. Karena menurutnya pabrik gula yang kini ada kebanyakan pabrik lama.
Kedua terkait undang-undang yang membebaskan petani menanam komoditas yang menguntungkan. Sehingga petani yang menanam tebu makin jarang. Hal ini berbeda dengan tahun 80-an. Dimana untuk memenuhi kapasitas mesin pabrik gula, digunakan sistem rotasi tanaman yang sudah ditentukan.
Yang ketiga, yang harus diperhatikan adalah permintaannya. Menurut Soetriono, permintaan gula konsumsi saat ini tinggi, dan industri nasional kewalahan dalam memenuhinya sehingga harus impor.
Salah satu faktor yang cukup memengaruhi Indonesia bisa menjadi eksportir gula terbesar pada masa kolonial, salah satunya dikaarenakan adanya sistem tanam paksa.
Soetriono melihat hal itu sebenarnya relevan, jika berorientasi dan bervisi untuk mewujudkan swasembada gula. Hal ini dikarenakan, jika kapasitas mesin di pabrik gula semisal 10 ribu ton per hari, namun bahan baku tebu tidak mencapai 10 ribu ton, maka produksi dari pabrik gula tersebut menjadi tidak maksimal. Sehingga diperlukan kerja sama yang baik dari para petani dengan pabrik melalui suatu kebijakan atau relugasi dari pemerintah. (izm)
Copyright © 2024 K Radio Jember 102,9 FM Developed by Sevenlight.ID.