Judi online akhir-akhir ini menjadi permasalahan serius di Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) meencatat ada sekitar 2,37 juta pengguna judi online, dan hampir 500.000 diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa.

Nuraini Kusumaningtyas, Psikolog Unmuh Jember, Kamis (24/10/24) mengungkapkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi alasan remaja bisa terjerumus judi online.  Pertama, faktor perkembangan otak yang mempengaruhi keputusan yang mengalami pertumbuhan sampai di usia 25 tahun, Pada fase ini remaja kesulitan mengendalikan dorongan yang menyebabkan mereka sering kali mengambil keputusan irasional.

Faktor kedua, tekanan teman sebaya yang melakukan normalisasi kenakalan untuk judi online. Dan faktor berikutnya adalah adanya keterbukaan informasi yang menyebabkan para remaja bisa dengan mudah mengakses situs judi online jika lingkungan tidak mengawasi dengan baik.

Nuraini menyampaikan, bahwa kecanduan judi online terus berkembang melalui interaksi antara sifat permainannya yang didesign untuk memikat. Selain itu juga adanya dorongan manusia untuk mendapat reward dan faktor-faktor psikologis yang membuat seseorang sulit berhenti dan menjadi kecanduan judi online.

Sedangkan dampak judi online dijelaskan Nuraini, mulai dari pengeluaran yang membengkak, melakukan hutang dan menjual barang-barang pribadi, hingga bisa kehilangan pekerjaan. Dampak lainnya, seperti bisa mempengaruhi relasi dengan orang sekitar mulai dari teman, keluarga hingga pasangan. Bahkan dampak buruk lainnya bisa membuat seseorang terkena penyakit mental seperti depresi.

Menurut Nuraini, langkah preventif yang bisa dilakukan agar terhindar dari judi online adalah melakukan edukasi terkait bahaya judi online.  Mulai dari dampak finasial, sosial sampai mental. Dan jika terlanjur kecanduan menjadi adiktif judi online maka harus dilakukan penangan profesional. (dhi)