Selama pandemi, banyak orang yang mengalami stress, baik karna kehilangan pekerjaan, tekanan, hingga persoalan ekonomi. Meskipun masih dianggap wajar, namun jika dibiarkan, stres yang berkepanjangan bisa berdampak buruk. Sebaliknya, stres yang dikelola dengan baik bisa diubah menjadi potensi. Hal tersebut disampaikan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Jember, Muhammad Muhib Alwi kepada K Radio.

Menurut Muhib, stres adalah reaksi tubuh yang muncul saat seseorang menghadapi ancaman, tekanan, atau suatu perubahan. Stres dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Masing-masing tingkatan stres punya dampak, tanda, dan gejala fisiologis, serta psikologis yang berbeda. Namun, untuk kasus yang berat, penanganan stres bisa dilakukan dengan meminta bantuan psikolog atau psikiater.

Namun muhib menjelaskan bahwa stres bisa dicegah dengan memahami pola manajemen stress yang diawali dengan sikap menerima keadaan. Penerimaan itu wajib dimiliki seseorang saat dihadapkan pada kondisi terburuk dalam hidupnya. Selain pandai menerima keadaan, seseorang juga perlu punya sikap kerja keras dan melakukan segala pekerjaan semaksimal mungkin. Agar saat dihadapkan dengan kegagalan, individu tersebut tidak terlalu kecewa.

Sementara jika seseorang sedang mengalami stress, Muhib mengatakan penerimaan dan fokus mencari jalan keluar adalah kunci manajemen stres. Hal yang harus dihindari saat dihadapkan dengan masalah yaitu mendramatisir keadaan. Jika manajemen stres tersebut dilakukan dengan baik, maka seseorang bisa bangkit dan keluar dari titik terendah hidupnya. Maka penting mengajarkan manajemen stres sejak dini. Orang tua perlu menambahkan pola manajemen stres dalam parenting harian anak, agar lebih siap saat dewasa.(dew)