Melakoni profesi sebagai tukang cukur selama 29 tahun, Agus Mulyadi membuka pangkas rambut di jalan Sentot Prawirodirjo, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates Jember dengan tarif seikhlasnya. Bahkan kalau benar-benar tidak mampu tidak perlu membayar.

Lelaki berusia 60 tahun itu ingin semua kalangan bisa cukur rambut di tempatnya. Ia menyadari tidak semua pelanggannya yang memotong rambut selalu memiliki uang. Karena memang pangkas rambutnya lebih banyak melayani kalangan menengah ke bawah.

Karenanya, banyak pelanggan atau masyarakat sekitar memanggilnya Pak Ikhlas. Bila ramai dalam sehari Agus bisa memangkas 30-40 pelanggan. Setiap harinya ia membuka jasa cukuran sejak jam 10 pagi hingga 5 sore.

Meski seikhlasnya, biasanya pelanggan membayar ongkos cukur antara Rp5.000 hingga Rp10.000. Dirinya pernah dibayar paling mahal Rp50.000. Sedangkan paling murah Rp1.000, namun uang tersebut dikembalikan karena rasa empati kepada pelanggannya tersebut.

Tempat cukurnya tampak sederhana, bahkan tanpa dinding tapi selalu ramai. Banyak pelanggan merasa puas dengan hasil potongannya. Alat cukur yang digunakan juga tidak kalah dari pangkas rambut kebanyakan.

Agus sendiri mengaku tidak pernah kursus atau semacamnya. Dirinya belajar secara otodidak ditambah pengalaman selama bertahun-tahun.

Pengalaman paling berkesan bagi Agus, pernah sekali dirinya mencukur seorang tentara. Kala itu terlalu banyak keinginan dari pelanggannya itu yang menurut Agus tidak sesuai dengan caranya mencukur. Baru selesai separuh, Agus meminta pelanggannya untuk mencari tempat cukur lain.(thn)