Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno menyebut bahwa Generasi Z akan sangat sulit membeli rumah di masa depan, dan menggagas program Tapera sebagai upaya pemerintah untuk mengatasinya. Menanggapi hal tersebut Sosiolog Universitas Jember, Nurul Hidayat, Rabu (5 Juni 2024) mengatakan, bahwa asumsi tersebut masuk akal.

Lelaki yang akrab disapa Nuhi itu menyampaikan, ada tiga alasan yang menjadikan Tapera bisa menjadi solusi untuk mempermudah kepemilikan rumah. Pertama, karena sistem keuangan yang berlaku di Indonesia tidak bisa steril dari Inflasi, yang menyebabkan jumlah uang dari waktu ke waktu tidak selalu sama dengan nilainya.

Kedua, berdasarkan survey, kondisi Pertumbuhan Indeks Sumber Daya Manusia Indonesia akhir-akhir ini menyentuh peringkat kedua terendah. Jika dilihat dari basis asumsi tersebut, menunjukkan bahwa sumberdaya manusia di Indonesia tidak mampu untuk bertahan secara ekonomi dimana ukuran utama kemampuan ekonomi adalah kepemilikan rumah.

Ketiga adalah logika politik. Rakyat Indonesia sejak masa kolonial dinilai sudah terbiasa disantuni dan tidak menggambarkan definisi demokrasi yang sebenarnya. Oleh karena itu para pengemban kebijakan menganggap rakyat sebagai beban.

Meski demikian, menurut Nuhi, pada dasarnya Generasi Z adalah generasi yang kreatif dan mampu memecah kebuntuan. Sehingga selalu ada potensi dalam mencari penghasilan yang tidak terbatas pada pekerjaan di sektor formal, BUMN, ataupun birokrasi.

Hal tersebut juga yang seharusnya menjadi fokus pemerintah. Harus ada kesadaran dan upaya untuk melanjutkan kesinambungan dan memicu kreativitas di setiap generasi, sehingga dapat merubah anggapan tentang rakyat yang awalnya beban negara menjadi mitra negara.(alf)